Pages

Wednesday, January 12, 2011

Home » , , , » Produksi Pangan Secara Hemat Air

Produksi Pangan Secara Hemat Air

Bidang pertanian menuntut dau per tiga dari seluruh air yang dipindahkan dari sungai, danau, dan akuifer. Dalam pergerakan menuju penggunaan iar yang lebih berkelanjutan, maka membuat irigasi lebih efisien merupakan prioritas utama. Penghematan-penghematan yang mungkin berkisar antara 10%-50% dengan menurunkan kebutuhan irigasi sebanyak 10% misalnya, akan menghasilkan cukup banyak air, sehingga secara kasar dapat melipat gandakan penggunaan air untuk rumah tangga.

Amat banyak cara yang tersedia untuk meningkatkan produktifitas air dalam pertanian. Cara-cara itu mencakup teknologi-teknologi irigasi, praktek-praktek pengelolaan yang lebih baik oleh para petani dan pengelola air, dan perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga yang menguasai distribusi serta penggunaan air untuk irigasi.

Tidak mengherankan sejumlah keberhasilan teknologi yang paling besar dalam meningkatkan efisiensi irigasi terjadi dimana kelangkaan air merupakan ancaman berat bagi petani. Sebuah rancangan alat penyiram memberikan penghematan yang lebih besar lagi. Alat penyiram yang dikenal sebagai LEPA (Low-Energy Precision Application). Alat ini menymprotkan air lebih dekat dengan tanaman melalui tabung-tabung penetes yang muncul secara tegak dari tengah alat penyiram itu. Kalau digunakan dengan cara-cara pengerjaan tanah yang hemat air, LEpa dapat mencapai efisiensi sebersar 95%. Pengembangan yang lain yaitu “irigasi tetesan”. Dengan metode ini, air diberikan langsung ke akar-akar tanaman melalui sebuah jaringan pipa berpori-pori atau lubang-lubang kecil yang ditanam diatas tanah atau dibawah permukaan tanah. Tindakan ini dapat menyebabkan sangat berkurangnya penguapan dan perembesan. Air diberikan secara kerap dengan dosis kecil agar keadaan lembab yang optimal bagi tanaman tersebut dapat dipertahankan. Hal ini meningkatkan panenan, dan garam tidak berkumpul diwilayah perakaran. Disamping memperbaiki efisiensi, cara lain untuk menghemat cadangan air tawar adalah menggunakan air limabah kotapraja yang telah diolah untuk irigasi. Para petani menghabiskan sebagian besar uang mereka untuk membeli pupuk kimia guna menyediakan nitrogen, fosfor, dan potassium untuk tanaman mereka, padahal air limbah mengandung semua zat-zat tersebut dalam jumlah yang besar. Dengan menggunakan cadangan-cadangan air perkotaan, calon-calon bahan pencemar menjadi pupuk yang berharga, sungai-sungai dan danau-danau terlindungi dari pencemaran, lahan beririgasi meningkat hasil panennya, dan air yang telah digunakan itu menjadi cadangan setempat yang handal.


Kalau dirancang dan dikerjakan dengan semestinya, waduk-waduk pemantapan limbah yang mengelola air limbah secara hayati merupakan cara yang murah untuk menjauhkan limbah dari sungai-sungai, mengamankan kesehatan manusia dari orgamisme yang menimbulkan penyakit dan menghasilkan sumber air irigasi yang kaya zat hara.
 
Studi-studi telah memperlihatkan bahwa waduk-waduk seperti itu sanggup mengelola air limbah sampai ketingkat patokan standar WHO untuk mengairi tanaman yang tidak dimakan mentah-mantah. Orang harus berhati-hati untuk menghindarkan logam-logam berat agar tidak masuk kedalam air limbah yang digunakan untuk irigasi karena logam berat itu dapat merembes ketanah dan mencemari cadangan air minum.

Akhirnya menghasilkan cukup pangan bagi penduduk yang bertambah sementara menghemat air juga dilakukan.

Artikel ini saya buat untuk mendukung Kompetisi WEB Kompas MuDA & AQUA yang saya ikuti.. :D